Mitos Seputar Aqiqah yang Perlu Diluruskan

wujud syukur dengan tuntunan aqiqah

Aqiqah adalah salah satu ibadah yang dianjurkan dalam Islam sebagai bentuk syukur atas kelahiran seorang anak.

Namun, di tengah masyarakat, masih banyak mitos yang berkembang seputar aqiqah, yang jika tidak diluruskan dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam menjalankan syariat ini.

Berikut beberapa mitos yang sering beredar dan penjelasan yang benar menurut Islam.

Harus Dilakukan pada Hari Ketujuh, Jika Tidak, Tidak Sah

Banyak yang beranggapan bahwa aqiqah harus dilakukan tepat pada hari ketujuh setelah kelahiran anak. Jika lewat dari hari itu, maka aqiqah dianggap tidak sah.

Padahal, dalam Islam, meskipun sunnahnya memang dilakukan pada hari ketujuh, aqiqah tetap sah jika dilakukan di hari lain, bahkan setelah anak beranjak dewasa.

Imam Ahmad bin Hanbal menyebutkan bahwa jika orang tua belum mampu saat anak masih kecil, maka boleh melakukan aqiqah saat sudah mampu, meskipun anak sudah dewasa.

Harus dengan Kambing Jantan

Ada anggapan bahwa aqiqah hanya sah jika menggunakan kambing jantan. Padahal, menurut mayoritas ulama, baik kambing jantan maupun betina boleh digunakan untuk aqiqah.

Dengan catatan, asalkan memenuhi syarat hewan kurban, yaitu sehat, cukup umur, dan tidak memiliki cacat.

Daging Aqiqah Harus Dimasak, Tidak Boleh Dibagikan Mentah

Sebagian orang percaya bahwa daging aqiqah harus dimasak terlebih dahulu sebelum dibagikan, dan tidak boleh diberikan dalam keadaan mentah seperti daging kurban.

Padahal, tidak ada dalil yang secara khusus mengharuskan daging aqiqah dimasak. Membagikan dalam keadaan mentah atau matang, keduanya dibolehkan sesuai dengan kemudahan yang ada.

Aqiqah Harus Dilakukan Sebelum Anak Baligh

Sebagian orang mengira bahwa aqiqah hanya boleh dilakukan sebelum anak mencapai usia baligh. Jika sudah baligh dan belum diaqiqahi, maka sudah tidak perlu dilakukan.

Padahal, aqiqah tetap bisa dilakukan kapan saja jika orang tua baru mampu. Bahkan, sebagian ulama membolehkan seseorang untuk mengaqiqahi dirinya sendiri jika orang tuanya belum melaksanakannya.

Anak yang Tidak Diaqiqahi Akan Sulit Memberi Syafaat untuk Orang Tuanya

Ada mitos bahwa anak yang tidak diaqiqahi tidak bisa memberi syafaat kepada orang tuanya di akhirat.

Ini adalah klaim yang tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an maupun hadis shahih. Aqiqah adalah bentuk ibadah yang sunnah, bukan syarat agar anak bisa memberi syafaat.

Memahami aqiqah dengan benar sangat penting agar kita bisa menjalankan ibadah ini sesuai syariat tanpa terjebak dalam mitos yang tidak berdasar.

Aqiqah adalah ibadah sunnah yang dianjurkan, namun fleksibel dalam pelaksanaannya.

Yang terpenting adalah niat dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah ini sebagai bentuk syukur kepada Allah atas karunia anak yang diberikan.

Semoga artikel ini bisa membantu meluruskan kesalahpahaman seputar aqiqah. Wallahu a’lam bish-shawab.